Home » Berita » Harmoni Literasi di SMP Islam Tugasku: Sebuah Perayaan Enam Hari yang Menghidupkan Imajinasi

Harmoni Literasi di SMP Islam Tugasku: Sebuah Perayaan Enam Hari yang Menghidupkan Imajinasi

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on email
Share on telegram

Udara September yang beranjak ke Oktober di SMP Islam Tugasku dipenuhi semarak suara tawa, tepuk tangan, dan lantunan semangat. Selama enam hari penuh, sekolah ini menjelma menjadi panggung besar literasi, tempat kata-kata menari, ide berloncatan, dan ilmu menyatu dengan kreativitas. Agenda Special Event Literasi yang digelar dari 26, 29, 30 September hingga 1–3 Oktober 2025 ini menutup dirinya dengan gemilang melalui Student Led Conference (SLC), sebuah momen istimewa ketika siswa berdiri mantap di hadapan orang tua, mempresentasikan hasil belajar yang mereka rajut sepanjang perjalanan.

Hari Pertama: Yel-Yel dan Remaja Anti Hoax

Pesta literasi dibuka dengan dentuman suara yel-yel antar kelas. Energi mereka meledak di aula sekolah, bagaikan gelombang semangat yang tak terbendung. COC (Class of Champion) Literasi mengukuhkan tekad bahwa membaca, menulis, dan berpikir kritis adalah jalan juang para pelajar. Di hari itu pula, para remaja diajak menyingkap tabir hoax—fenomena yang begitu dekat dalam keseharian digital mereka. Diskusi hangat dan refleksi jernih membuat mereka lebih peka, lebih bijak, lebih berani berkata “tidak” pada berita palsu.

Hari Kedua: Komik, Lirik, dan Canva AI

Hari kedua bagaikan pesta warna digital. Workshop demi workshop menyalakan imajinasi: bersama Kak Siti Aisha, siswa belajar memparafrase pada chatbot chatgpt smembuaebuah komika, lalu beralih ke dunia musik dengan menulis lirik lagu dan menjadikannya alunan merdu lewat aplikasi Suno AI. Tak berhenti di sana, Canva AI hadir sebagai kawan kreatif, mengajarkan mereka bagaimana sebuah rencana perjalanan bisa menjelma karya visual yang menawan.

Hari Ketiga: Literasi Finansial, Belanja, dan Reels

Tema literasi finansial mewarnai hari ketiga. Kak Lala, seorang alumni, hadir membagikan kisahnya tentang mengelola uang sejak usia muda. Lalu, tantangan pun dimulai: setiap kelas diberi Rp100.000 untuk berbelanja sesuai kategori. Kelas 7 berburu jajanan tradisional di Superindo, kelas 8 memilih makanan sehat di All Fresh, dan kelas 9 menjelajahi Arion Mall demi pernak-pernik kreatif. Semua pengalaman mereka direkam menjadi reels kelompok—perpaduan antara ekonomi, seni, dan dunia digital.

Hari Keempat: Marka Jalan dan Meme

Literasi visual membuka mata. Siswa belajar mengenali tanda dan marka jalan, lalu menantang diri mereka sendiri merancang rute perjalanan dari rumah ke sekolah. Dari hal sederhana, lahirlah kesadaran tentang keteraturan kota dan keselamatan. Tak kalah seru, diskusi tentang meme—bahasan populer generasi digital—mengantar mereka pada pemahaman sejarah dan makna di balik gambar lucu yang sering berseliweran. Akhirnya, mereka mencipta meme bertema tertib lalu lintas, membuktikan bahwa humor pun bisa mendidik.

Hari Kelima: Sains yang Menyala

Hari kelima adalah pesta cahaya. Kak Mahfud hadir dengan eksperimen penuh warna, menyuguhkan kisah bagaimana nyala api dan spektrum warna pernah menjadi bagian penting dalam peradaban Islam. Siswa terpesona, bukan hanya oleh ilmu, tetapi oleh cerita yang mengikat pengetahuan dengan sejarah. Kegiatan tell and show menjadi puncak: siswa berbalut jas ilmuwan, menjelma Isac Newton hingga Albert Einstain memperkenalkan tokoh-tokoh besar yang pernah mengubah dunia.

Hari Keenam: Drama Legenda, Panggung Kebersamaan

Puncak acara bagai pesta budaya. Setiap kelas menampilkan drama legenda: Aji saka yang menjadi asal-usul hanacaraka, Si pitung dnegan khas Betawi dan bela dirinya, Malin Kundang yang dikutuk, Jaka Tarub yang curang, Danau Toba yang meletup dari janji teringkari, hingga Keong Mas yang abadi dalam dongeng Nusantara. Siswa tampil penuh penghayatan, menjahit seni, literasi, dan tradisi ke dalam satu panggung kebersamaan. Tepuk tangan riuh menutup hari, seakan berkata bahwa cerita lama selalu punya nyawa baru jika diceritakan dengan cinta.

SLC: Penutup yang Membuka Jalan

Sabtu, 4 Oktober 2025, adalah hari yang lain. Bukan lagi panggung lomba, bukan lagi tawa bersama, melainkan ruang perjumpaan siswa dengan orang tuanya. Student Led Conference menjadi wadah pengakuan: anak-anak dengan berani menunjukkan hasil karya, refleksi belajar, dan perjalanan literasi mereka. Wajah orang tua penuh bangga, mata guru berkilat lega, dan hati siswa membuncah percaya diri.

Enam hari itu, SMP Islam Tugasku bukan sekadar sekolah, melainkan taman pengetahuan yang merayakan literasi dalam segala wujudnya. Dari yel-yel, komik, belanja, meme, eksperimen, hingga drama legenda, semua bertaut menjadi bukti: literasi adalah jantung pendidikan, dan anak-anak adalah denyut nadinya. Special Event Literasi 2025: Berpikir Kritis, Bertindak Analitis, Hidup Bermakna

       

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terbaru

Event Terbaru

Prestasi Terbaru